hellooo...

Senin, 09 Mei 2016

Patah Hati Terbesar

Seperti yang sudah aku ceritakan, semakin aku bertambah tua, semakin dewasa, semakin rumit masalah yang aku temui. Kali ini aku bercerita tentang 'patah hati'. Terdengar terlalu remaja jika membicarakan patah hati. Yah walau umurku belum jauh dari remaja sih sebenarnya. Pernahkah kalian berfikir tentang patah hati terbesar kalian? Patah yang sebenarnya, bahkan entah sampai kapan kalian harus memungut dan menyusun kepingan-kepingan itu menjadi rapi kembali. Aku baru saja mengalaminya, sudah hampir setahun ini. Dan bagaimana kabarnya? masih lebur walau aku berusaha baik baik saja.

Dia bukan lelaki tampan, dia juga bukan lelaki yang baik atau kepangeran-pangeranan (oke bahasa macam apa ini). Lebih tepatnya buka 'dia', tapi 'mereka'. Awalnya aku hanya ingin mempertemukan orang penting yang pernah ada di hidup aku. Kami bertemu pada tanggal 7 januari 2014. Hari itu adalah hari pertama kami berempat bertemu. Aku mempertemukan sahabatku saat SMP, teman sebangku selama SMA dan partner in crime saat kuliah. Tanpa disangka, kami berempat sangat cocok. Kekonyolan kami beranak pinak tanpa sadar bahwa umur kami sudah tidak pantas bertindak konyol seperti itu. Tapi apalah, itu asiknya pertemanan. Entah atas dasar apa kami menyebut diri kami SF. Jangan tanya apa artinya, yang jelas itu lebih baik daripada menyebut nama kami satu persatu. Kami bertemu hampir setiap hari. Menghabiskan waktu bersama. Layaknya tetesan air hujan yg membuat batu menjadi cekung. Aku juga gak ngerti maksudnya apa, sori :p

Kami pun melawati berbagai masalah. Kami saling menghibur, saling mengisi, saling ada satu sama lain. Sampai suatu waktu kami harus mengalami semacam berubahan. Suatu penelitian (entah siapa yang meneliti) berkata: 'saat wanita jatuh cinta, dia akan kehilangan 2 sahabatnya'. Itu yang terjadi pada kami. Kesalahan kami ada di kepercayaan yang entah kenapa semakin hari semakin pudar. Kami mulai sibuk dengan hidup kami masing-masing. Singkat cerita SF terbagi menjadi dua. Kami saling membenci, saling memaki. Waktu itu aku bodoh, aku terlalu pengecut untuk terbuka. Saat aku terbuka, semua terlambat. Mereka terlalu mempercayai orang lain. Bertahun tahun aku mengenal mereka, cuma angin lalu.

Duniaku berubah. Dulu bangku panjang yang seharusnya bisa dipakai 8 orang, bisa kita tempatin cuma dengan 4 orang (beserta barang-barang kami yang kurang ajar brantakannya) sekarang sangat lapang. Hanya ada aku dan partnerku semasa kuliah. Aku kehilangan sahabatku dari SMP, dan seorang sahabat yang pertama kali menyapaku ketika memasuki ruang kelas 7. Mereka lah patah hati terbesarku. SF lah patah hati terbesarku. Terlalu singkat umur persahabatan kami. Bahkan kami belum pergi menginjak pasir putih dan air neptunus berempat. Kami juga belum sempat nonton film berempat. Akupun menantikan kami bisa tidur bersama berempat. Tapi semuanya selesai. Kami sudah saling membenci.

Jujur, aku merindukan mereka seberapa menyebalkannya mereka, seberapa egoisnya mereka, seberapa cerewetnya mereka. Aku merindukan duduk bersama mereka membicarakan hal tidak penting ditemani segelas es kopi. Aku merindukan mereka sebagai sahabatku SMP, dan teman sebangku semasa SMA. Aku merindukan saat kami bertengkar lalu berbaikan kembali. Karna pertengkaran yang ini kami belum menemukan kata 'kembali'

Aku hanya berfikir, semoga kita masih bisa bertegur sapa dengan senyum. Menanyakan kabar masing-masing, dan menganggap ini semua kesalahan bodoh. Semoga anak-anak kita nanti bisa bermain bersama. Semoga kita
menjadi saksi, dimana kita awalnya cuma bisa berceloteh tidak penting menjadi seseorang yang celotehnya dipertimbangkan. Semoga kita bisa saling menggenggam lagi, saat masing-masing dari kami memiliki masalah. Sebelum salah satu dari kami harus pergi dan kami menyesali kebodohan kami.

Aku terlalu takut untuk berkata 'maaf'. Aku takut kalian bahkan terlalu muak untuk melihat wajahku. Tapi hanya satu kata itu, dan untaian kenangan jika aku melihat potret kami tertawa dulu. Dulu sangat indah, mengapa sekarang kami saling membenci?

Sekarang aku berusaha menyusun patahan yang berhasil SF ciptakan. Berat memang, mungkin hanya kata 'kembali' yg bisa membuatnya menjadi baik lagi. Tapi aku berusaha melihat sekitar. Masih ada yang mengerti aku. Masih ada yang menghargai usahaku menyusun serpihan itu. Setiap malam aku slalu berdoa agar mereka bahagia. Karna aku percaya, Dia menciptakan pertemuan dan perpisahan dengan arti. Mungkin jika kami tetap bersama ada beberapa hal yang akan menjadi buruk. Atau mungkin ini hanya proses, agar menjadi cerita menarik tentang persahabatan kami untuk anak cucu kami nanti. Entahlah... aku hanya percaya rencanaNya slalu indah

God bless you Novita, Dila, Ristya
I Love You

Tidak ada komentar:

Posting Komentar